Oleh Gatari Surya Kusuma (Tulisan ini dimuat di koran cetak dan online Jawa Pos Nasional, edisi akhir pekan, 18 Oktober 2020)

Saya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk membaca catatan-catatan Anang tentang pengalamannya menjadi pedagang sayuran, desainer, dan seniman. Bisa dibilang bukan hal mengejutkan jika mengetahui apa yang Anang lakukan sebagai seniman akan selalu berhubungan dengan hal-hal yang belum atau memang tidak dianggap sebagai bagian dari praktik seni.
Anang Saptoto adalah seniman yang tinggal dan bekerja di Yogyakarta. Ia juga merupakan Direktur dari Ruang MES 56, sebuah kolektif dan ruang alternatif kesenian di Yogyakarta. Selain seringkali bekerja sebagai fasilitator komunitas warga, dalam praktik keseniannya, Anang seringkali menggunakan medium fotografi dan videografi serta logika desain untuk menghubungkan semuanya.
Dalam 20 tahun praktik berkeseniannya, Anang tidak hanya bekerja untuk menghasilkan karya seni, namun ia banyak melakukan kerja fasilitasi dengan komunitas warga ataupun menerima tawaran membuat desain. Persilangan praktik antara membuat karya seni selayaknya seorang seniman, kerja desain, dan fasilitasi komunitas warga menjadi saling mempengaruhi satu sama lain khususnya dalam bagaimana Anang menentukan arah praktiknya dalam berkesenian.
Salah satunya adalah bagaimana Anang menjalankan Panen Apa Hari Ini, Anang juga menempatkan praktiknya sebagai seniman dan desainer untuk bertemu dengan praktik berdagang sayur mayur. Bersama dengan rekannya, Pak Ustad Sofyan, Anang memulai untuk mendistribusikan hasil panen dari beberapa petani di wilayah Kulonprogo ke beberapa pelanggan di Yogyakarta. Ia datang ke Kulonprogo setiap hari Rabu untuk mengambil hasil panen, lalu menawarkannya melalui platform chat WhatsApp kepada para pelanggan di Yogyakarta.
Tidak berhenti dalam proses menawarkan sayur mayur, Anang juga melakukan pencatatan untuk setiap pengalamannya berdagang sayur. Pengalaman-pengalaman ini dimulai dari bertemu dengan petani atau pengepul hasil panen. Lalu dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan pelanggan. Di setiap pertemuannya, Anang selalu menyempatkan untuk bertukar informasi atau kabar.
Membuat jalur distribusi yang adil dan tidak panjang sehingga petani tidak dirugikan memang menjadi salah satu tujuan Panen Apa Hari Ini. Namun, membuka segala informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan hasil panen dan petani, hal tersebut selaras dengan tujuan utama dari Panen Apa Hari Ini. Anang membagikan segala informasi dan pengetahuan terkait melalui catatan pribadinya di blog ataupun penyampaian lisan ketika ia bertemu dengan para pelanggan.
Dari Ladang Menuju ke Ruang Galeri
Anang menikmati pertemuan-pertemuan itu sebagai proses kreatifnya sekaligus menemukan benang penghubung dengan praktiknya sebagai seniman. Pameran dengan tajuk “Sayur, Seni, Segar” memajang seluruh hasil dokumentasi prosesnya dalam berjualan sayur–mulai dari bertemu petani hingga bertemu pelanggan–yang telah diolah dengan sentuhan artistik. Dalam pameran ini juga memperlihatkan bagaimana Anang bekerja sebagai seniman, desainer, dan pedagang sayur mayur yang telah sering bekerja fasilitasi komunitas warga–seperti yang saya sebut sebelumnya. Anang membuat seri foto Pelanggan 4.0 dengan metode kolase untuk menggabungkan foto pelanggannya dengan sayur mayur. Ia dengan sengaja menutup badan bagian atas pelanggan dan menggantinya dengan sayur karena memang tidak ada kebutuhan untuk menampilkan identitas para pelanggannya. Yang menjadi perhatian atau poros utama dari kolase tersebut adalah hasil panen yang ia dapatkan dari petani lalu ia perjual belikan.



Selain seri foto pelanggan 4.0, Anang juga membuat seri foto petani “Keluarga Langgeng Makmur”. Ia melakukan metode artistik yang sama yaitu kolase. Namun yang membedakan adalah pilihan bagian yang dikolase. Ia tidak menggantikan tubuh bagian atas dengan sayur mayur, namun ia menggantikan tubuh bagian bawah–pinggang ke kaki–dengan hasil panen. Jadi identitas wajah para petani akan terlihat. Pilihan artistik ini menunjukkan bahwa memang kepentingan untuk menunjukkan informasi siapa yang menanam adalah penting dalam Panen Apa Hari Ini.
Setelah melakukan pencatatan dan kolase, ia bersama rekannya, Tifa, sedang menyusun buku foto dan pemetaan Kelompok Wanita Tani (KWT) tentang tanaman dan olahan yang bisa dipanen dan diproduksi bersama ibu-ibu Kelompok Wanita Tani di Kulon Progo. Dengan buku ini, Anang sedang berupaya untuk membuka informasi dari petani di Kulonprogo kepada para pelanggan di Yogyakarta. Sehingga para pelanggan bisa mengakses langsung hasil panen di wilayah tani ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Langgeng Makmur, Lendah, Kulonprogo.

Ketiga upaya yang Anang lakukan, yaitu melakukan pencatatan, pembuatan kolase, dan dengan sengaja menciptakan pertemuan-pertemuan–secara terpisah–bersama petani atau pelanggan adalah proses Anang untuk memanjangkan nilai sayur mayur yang ia tawarkan sekaligus perwujudan kerja kolaborasi guna membuka akses yang tak pernah bisa usai. Namun, dengan mengerjakan buku panduan fotografi tentang hasil panen bersama ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Langgeng Makmur, Lendah, Kulonprogo adalah proses meruntuhkan posisi seniman sebagai inisiator dalam kerja-kerja komunitas. Ada atau tidak ada Anang, usaha untuk menciptakan jalur distribusi pangan yang adil dan terbuka akan tetap terwujud setelahnya.
Dengan menghadirkan Panen Apa Hari ini di dalam ruang pamer, Anang (lagi-lagi) sedang menunjukkan bahwa praktik keseniannya akan selalu mempertemukannya dengan praktik-praktik yang tidak atau belum dianggap sebagai praktik seni. Atau barangkali memang tidak perlu memikirkan pelabelan praktik seni dan bukan (atau belum) seni jika mengacu kepada kerja-kerja komunitas?
Silahkan klik link WhatsApp dalam setiap info panen dan kebutuhan produk yang ingin anda pesan.
Khusus area Yogyakarta gratis ongkos kirim.
Tulis pesan:
